HOLOPIS.COM JAKARTA – Lembaga TNI-Polri dinilai terus mendapatkan kenaikan citra positif dari masyarakat. Hal ini diketahui setelah Litbang Kompas merilis survei mengenai citra lembaga negara.
Dalam survei yang dilakukan pada 27 Mei-2 Juni 2024 melalui wawancara tatap muka kepada 1.200 responden yang dipilih secara acak dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi. Tingkat kepercayaan metode tersebut 95% dan margin of error plus minus 2,83%.
Kesalahan di luar penarikan sampel masih bisa terjadi. Litbang Kompas menyatakan survei ini sepenuhnya dibiayai oleh harian Kompas.
Hasil survei tersebut menunjukkan citra lembaga TNI dan Polri berada di urutan teratas. Citra baik TNI berada di angka 89,8% atau naik jika dibandingkan survei serupa pada Desember 2023.
Citra baik Polri juga meningkat ke angka 73,1% atau meningkat jika dibandingkan survei serupa pada Desember 2023.
Menanggapi hal ini Pengamat militer Susaningtyas Nefo Handayani Kertapati angkat topi tinggi atas pencapaian dari dua institusi TNI-Polri sebagai dua lembaga negara yang sampai hari ini masih memiliki kepercayaan tinggi di masyarakat atas prestasinya.
“Apresiasi kepada TNI dan Polri patut diberikan karena keberhasilan menjaga stabilitas keamanan dalam negeri dan kawasan Asia Tenggara. Semua agenda reformasi 1998 berhasil dicapai dengan baik merujuk tugas pokok dan fungsi TNI sebagai alat negara dan Polri sebagai alat pemerintah. Meskipun terdapat perbedaan tugas pokok tetapi fungsi TNI dan Polri adalah sama, yakni sebagai aparat keamanan sehingga Reformasi sejatinya menghendaki lebih bersinerginya TNI dan Polri,” kata Nuning, dalam keterangannya dikutip Holopis.com, Jumat (21/6/2024).
Dosen Univeristas Pertahanan (Unhan) ini pun menilai perkelahian antara TNI dan Polri beberapa tahun terakhir sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan sinergi tersebut. Akan tetapi, masyarakat tidak perlu takut atau khawatir jika akan memberikan kritikan kepada TNI-Polri, karena kritikan tersebut adalah membentu sinergi antara kedua institusi.
“Sinergi TNI-Polri merupakan kunci keberhasilan menjaga stabilitas keamanan dalam negeri, contohnya dalam menanggulangi aksi teror minggu ini. Jangan lagi berbicara tumpang tindih kewenangan TNI dan Polri melainkan bagaimana pemerintah dan seluruh masyarakat mendorong sinergi alat negara dan alat pemerintah tersebut. Bentuk serangan dan modus operasi teroris di masa mendatang harus diantisipasi dan ditanggulangi oleh TNI-Polri bersama seluruh masyrakat,” ujar mantan anggota DPR RI ini.
Lebih lanjut Nuning menjelaskan, kritik masyarakat juga perlu direnungkan ketika peranan masyarakat untuk membantu TNI dan Polri memberantas terorisme masih rendah. Masyarakat harus dilibatkan secara massif untuk mencegah benih-benih radikalisme dan ekstrimisme sedini mungkin. Masyarakat harus mampu memberikan sanksi sosial jika ada keluarga yang tidak mau bersosialisasi atau punya anak yang tidak mau menghormat bendera Merah Putih atau ikut upacara.
“Masyarakat harus sadar bagaimana menjadi umat beragama yang toleran. Masih ditemukan sebagian tokoh masyarakat yang justru menujukkan sikap intoleransi,” tegasnya.
Untuk itu Nuning menyatakan, harapan sebagian besar masyarakat yang diam (silent majority) adalah tindakan tegas pemerintah terhadap tokoh-tokoh tersebut yang dapat mempengaruhi stabilitas keamanan nasional.
“Kritik juga diberikan kepada TNI Polri dalam Wanjak yang masih kedepankan like dislike dan euphoria Angkatan Tahun Lulus dr Akademi (AAL, Akmil, Akpol,AAU) dalam menentukan penugasan para perwiranya,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, Litbang Kompas merilis survei terkait citra lembaga negara. Hasilnya, sejumlah lembaga negara menunjukkan tren kenaikan citra positif.
Berikut hasil lengkap Survei Citra Lembaga Negara versi Litbang Kompas:
TNI
Baik 89,4%
Tidak tahu 7,3%
Buruk 2,9%
Polri
Baik 73,1%
Tidak tahu 4,4%
Buruk 22,5%
DPD
Baik 68,6%
Tidak tahu 15,7%
Buruk 15,7%
Kejaksaan
Baik 68,1%
Tidak tahu 20%
Buruk 11,9%
Mahkamah Agung
Baik 64,8%
Tidak tahu 18,7%
Buruk 16,5%
DPR
Baik 62,6%
Tidak tahu 8,9%
Buruk 28,5%
Mahkamah Konstitusi
Baik 61,4%
Tidak tahu 19,3%
Buruk 19,3%
KPK
Baik 56,1%
Tidak tahu 10,5%
Buruk 33,4%